Adalah hal yang paling gampang untuk mengenali sebuah pohon. Lihatlah buahnya, maka kita mengenal pohonnya. Yesus berkata, “Jadi dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka,” (Matius 7:20). Dari buahnyalah kita bisa mengenal pohonnya. Tidak mungkin seseorang memetik buah anggur dari semak duri atau buah ara dari rumput duri. Pohon yang baik pasti menghasilkan buah yang baik. Pohon yang tidak baik
menghasilkan buah yang tidak baik. Buahnya menunjukkan DNA pohon tersebut. Demikian pula dengan murid Kristus. Buah yang dihasilkan seorang murid Kristus adalah karena ia mengikuti Kristus. Kekristenan tanpa mengikuti Kristus tidak akan pernah menghasilkan buah. Jika Kristus ada dalam hidup hidup kita, maka kita pasti berbuah. Sebab siapa yang kita ikut akan menentukan buah yang kita hasilkan. Kristus menghendaki agar setiap murid Kristus berbuah. Karena kalau kita tidak berbuah, maka kita akan dipotong atau dibersihkan. Itulah alasan mengapa Yesus menegaskan maksud ini dengan berkata, “Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan
menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu, ”(Yohanes 16:16). Tapi, banyak orang Kristen yang tidak berbuah, bahkan mereka tidak berbuah sama sekali. Seorang murid Kristus dituntut bukan hanya menghasilkan buah saja, tetapi juga harus berbuah lebat. Lalu, apakah tandanya kalau kita adalah murid Kristus? Buah apakah yang harus dihasilkan? Buah seperti apakah yang harus kelihatan dalam diri seorang murid Kristus? Yang saya mau bahas di sini adalah dua hal. Mengapa? Karena kedua hal ini dapat dilihat di dalam diri seorang Kristen atau murid Kristus. Buahnya pasti ketahuan di dalam kehidupan seorang murid Kristus, yaitu:
1. Saling Mengasihi.
Mengapa 'saling mengasihi' adalah buah yang bisa kelihatan dalam praktek hidup seorang murid Kristus?
Karena Yesuslah yang mengajarkan hal itu, “Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang
menganiaya kamu,”(Matius5:44). Seringkali kita berkata, “Mana mungkin saya bisa mengasihi musuh
atau berdoa bagi mereka yang menganiaya saya?” Itulah alasan yang biasa kita kemukakan sebagai
seorang murid Kristus. Kita berusaha mengasihi dengan kekuatan kita, tapi tetap gagal. Kita berkata,
“Jangankan musuh, isteri, suami, orang tua atau pun anak saya saja tidak bisa saya kasihi, apalagi harus
mengasihi atau mendoakan musuh yang menganiayai saya? Bukan hanya keluarga, saudara seiman di
komsel saja saya tidak bisa mempraktekkan saling mengasihi, apa lagi orang yang sedang menganiaya
saya?” Itulah alasan yang saya sebut sebagai orang Kristen yang belum berbuah. Marilah kita adakan
checklist untuk mengetahui apakah kita berbuah atau tidak berbuah. I Korintus 13:4-8a, “Kasih itu sabar;
kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan
yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan
kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi
segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu.
Kasih tidak berkesudahan;” Di sini dikatakan bahwa kasih itu sabar. Kita berpikir bahwa kesabaran
adalah tindakan yang harus kita lakukan. Kita dipaksa untuk HARUS sabar. Padahal yang benar adalah
KASIH ITU SABAR. Kita harus mengerti bahwa Allah adalah kasih. Jadi, Allahlah yang menjadikan kita
sabar. Adakah kita sabar? Adakah kita murah hati? Adakah kita tidak cemburu? Adakah kita tidak
memegahkan diri atau tidak sombong? Adakah kita tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari
keuntungan sendiri? Adakah kita masih menjadi pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain?
Banyak suami atau isteri yang menyimpan kesalahan pasangannya. Adakah kita sabar menanggung
segala sesuatu? Sudahkah kita menghasilkan buah atau mengapa murid Kristus tidak berbuah? Paulus
menuliskan jawabannya dalam I Korintus 14:1a, “Kejarlah kasih itu.“ Mengapa kita harus mengejar
kasih? Karena kasih itu adalah seorang Pribadi. Jangan berusaha mengasihi, karena kita akan gagal total.
Kita diperintahkan untuk mengejar kasih. Kasih bukanlah perbuatan. Sebab jika kasih adalah perbuatan,
maka bunyi ayatnya akan seperti ini, “Berusahalah untuk mengasihi.” Mengapa banyak orang Kristen atau
murid Kristus tidak menghasilkan buah kasih? Karena orang Kristen mencoba mengasihi dengan
kekuatannya. Kita tidak perlu mengasihi dengan kekuatan kita, karena Yesus adalah kasih yang harus
kita kejar. Dengan mengejar Dia, maka kita menjadi pengikut (followers) Kristus. Mengapa kita tidak
berbuah? Karena kita tidak mau mengikuti sang Kasih itu. Kejarlah kasih sampai menjadi satu dengan
kita, maka genaplah Galatia 2:2, “Namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan
Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup
oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku.” Dan yang
berekspresi adalah kasih yang sempurna itu. Ini yang disebut pemuridan. Menjadi murid adalah mengikuti
guru kemana ia pergi. Namun, kita tidak bisa menjadi murid tanpa dimuridkan. Harus ada yang
memuridkan kita dan kita memuridkan yang lain. Karena itu kita harus berada di dalam komunitas yang
saling memuridkan. Harus ada seseorang yang membuat dan dibuat menjadi murid Kristus.
2. Hidup Kudus.
Kekudusan tidak kita lakukan dengan kekuatan sendiri, kecuali Allah sendiri memancarkan
kekudusan-Nya lewat kita. Jadi, kita harus mengejar kekudusan. Karena kata Paulus,“Berusahalah hidup
damai dengan semua orang dan kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorang pun akan
melihat Tuhan. Jagalah supaya jangan ada seorang pun menjauhkan diri dari kasih karunia Allah, agar
jangan tumbuh akar yang pahit yang menimbulkan kerusuhan dan yang mencemarkan banyak orang.
Janganlah ada orang yang menjadi cabul atau yang mempunyai nafsu yang rendah seperti Esau, yang
menjual hak kesulungannya untuk sepiring makanan,”(Ibrani 12:14-16). Janganlah kita menjauhkan diri
dari kasih karunia. Mengapa? Karena Yesus adalah kasih karunia Allah bagi kita untuk hidup kudus.
Yohanes menulis, “Karena dari kepenuhan-Nya kita semua telah menerima kasih karunia demi kasih
karunia; sebab hukum Taurat diberikan oleh Musa, tetapi kasih karunia dan kebenaran datang oleh
Yesus Kristus, ”(Yohanes 1:16-17). Kristus memancar kekudusan Bapa melalui hidup kita. Kristus
adalah firman yang tidak pernah berbuat dosa. Ketika Kristus tinggal di dalam kita, maka kita tidak
dapat berbuat dosa. Sebab seluruh hidup kita sangat membutuhkan kasih karunia. Kita selamat karena
kasih karunia. Kita bisa hidup dalam kemenangan karena kasih karunia. Kita diberkati karena kasih
karunia. Kita dibenarkan karena kasih karunia. Kita bisa hidup kudus karena kasih karunia. Kita dapat
berbuah juga karena kasih karunia. Semua hal yang kita lakukan membutuhkan kasih karunia. Ketika
kasih karunia yaitu Yesus ada di dalam kita, maka hal-hal yang baik itu akan memancar keluar dari hidup
kita. Itulah sebabnya Yesus berkata, “Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak
baik, ataupun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik,”(Matius 7:18). Kita tidak bisa
mentaati firman Tuhan tanpa kasih karunia. Oleh karena itu, buah-buah yang dihasilkan oleh kita sebagai
murid Kristus haruslah dari Kristus sendiri. Jika kita adalah murid Kristus, maka kita juga harus mengikuti
Kristus lewat pemuridan.
Komentar
Posting Komentar